cerita sex - korban kebiadaban kakak kembarku

Sebut saja namaku Rini, saat kutulis cerita ini aku berusia 25 tahun dan kejadian itu telah 4 tahun yang lalu, aku mempunyai kakak kembar laki-laki, sebut saja namanya Tanto dan Yanto dan ayahku adalah salah satu staff kedutaan di Belanda.

Di rumahku aku tinggal hanya berempat, aku, dua kakak kembarku dan Mbok Ijah yang sudah ikut keluargaku semenjak usianya 12 tahun dan pada saat itu usiaku 9 tahun, kakak-kakakku berusia 11 tahun. Dan kedua orang tuaku sedang tidak pulang ke Indonesia.

Kejadian itu saat aku berusia 21 tahun dan kakak-kakakku Tanto dan Yanto berusia 23 tahun. Saat itu tanggal 12 Oktober 1996, aku pulang kuliah dan melihat kakak-kakakku nonton film BF bersama Mbok Ijah, Tanto di kanan dan Yanto di kiri. Aku tidak tahu apa yang mereka perbuat, perlahan-lahan aku ingin melihat apa yang mereka lakukan, aku keluar rumah lagi dan masuk melalui jendela kamar Mbok Ijah, yang kebetulan tidak dikunci.

Aku masuk perlahan-lahan, dan aku menuju ruang tengah di mana kedua kakakku dan Mbok Ijah. Astaga! aku melihat Mbok Ijah sedang dipegangi oleh kedua kakakku, dengan mulut terkatup hampir berteriak, kulihat Mbok Ijah mengerang-erang seperti orang berlari 100 km. Hampir saja aku ketahuan oleh kedua kakakku.

Tangan kanan Kak Tanto memegang payudara Mbok Ijah dan tangan kirinya masuk ke dalam lubang kemaluan Mbok Ijah, begitu pula dengan Kak Yanto, tangan kirinya memegang payudara Mbok Ijah dan tangan kanannya juga masuk ke dalam liang kemaluan Mbok Ijah. Terlihat dua tangan yang masuk ke dalam liang kewanitaan Mbok Ijah dipercepat oleh kedua kakakku.

"Den.. Den sudah, Mboo..ok sudah nggak kuat.. udah Aden.. Aden berdua."
"Terus Mbok, kan belum main yang lebih enak seperti film itu", kata Kak Tanto bersemangat.
Mbok Ijah sudah terlihat lemas dan diangkat ke atas, sedangkan di bawah Kak Tanto dan Kak Yanto membelakangi pantat Mbok Ijah. "Astaga, apa yang diperbuat oleh kedua kakakku itu", kataku dalam hati.

Ternyata kemaluan Kak Tanto besar juga dan kemaluan Kak Yanto begitu pula.
"Ayo, To kamu memek dan saya dubur", kata Kak Yanto.
"Iya, kamu kan kemarin udah di memek sekarang di dubur, yah" kata Kak Tanto.
"Okelah, ayo To mulai", mereka berdua menekan Mbok Ijah yang sudah lemas, Kak Yanto menekan dari atas dan Kak Tanto menekan dari bawah. "Heck.. heck", bunyi suara Mbok Ijah yang sedikit sesak nafas.
"Ayo, To percepat dong."
"Gampang Yan sebentar lagi nih."

Tiba-tiba kakakku, Tanto melihat rambutku yang sedikit ketahuan dibalik tembok. "Siapa, siapa di situ?" tanya Kak Tanto sambil berteriak dan melepaskan permainannya dengan Mbok Ijah, begitu juga dengan Kak Yanto yang sudah sejak tadi menarik batang kemaluannya dari dubur Mbok Ijah. Mbok Ijah dibaringkan di sofa dengan tubuh telanjang bulat dan mereka berdua menghampiriku yang ketakutan tidak bisa lari lagi.

"Ooo, jadi kamu dari tadi ngintip kakak berdua main dengan Mbok Ijah", kata Kak Yanto.
"Kamu harus diberi hukuman telah ngintip-ngintip kita berdua", kata Kak Tanto.
Setelah berbicara seperti itu tanganku dipegang oleh Kak Tanto dan Kak Yanto di bawa ke kamar mereka berdua. Dalam kamar mereka, aku diminta berdiri di depan pintu kamar mereka.
"Berdiri kamu di situ", Kak Tanto meminta sambil menghardikku.
"Buka baju kamu dan celana blue jeans kamu, cepat.." Kak Yanto menimpali.
"Jangan.. jangan Kak, Saya kan adik kakak berdua.."
"Mau dibuka sendiri, atau kita berdua yang membuka", kata Kak Tanto sambil menghampiriku.
"I..ya, saya buka sendiri", kataku ketakutan.

Perlahan-lahan aku membuka bajuku dan celana blue jeans-ku, dan Kak Tanto mengunci pintu kamar serta Kak Yanto menyetel lagu House Music dengan voleme tinggi.
"Ayo, nari sambil sedikit-dikit dibuka BH dan CD kamu", Kak Yanto memintaku sambil memegang penggaris besi miliknya.
"I..ya, i..ya, tapi jangan dipukul", kataku.
Aku menari perlahan-lahan mengikuti irama House Music dan perlahan-lahan kubuka BH-ku dan CD-ku. Setelah selesai kubuka semua, aku diminta berhenti untuk menari. Aku diseret ke atas tempat tidurnya dan aku disuruh telentang dengan kaki terbuka. Kak Tanto mulai menciumi payudaraku yang memang cukup besar dengan ukuran 32 dan Kak Yanto mulai menjilati perutku sampai pusar dan mengarah ke kemaluanku.

"Jangan.. jangan.. jangan Kak.." Teriakanku dikalahkan dengan bunyi House Music yang keras.
"Udah, jangan macam-macam kamu", Hardik Kak Yanto.
Kak Tanto terus memainkan payudaraku dan menarik-narik dengan bibirnya, sementara Kak Yanto telah menjilati bibir-bibir kemaluanku. Aku merasakan betapa gelinya dan terangsangnya diriku, kutahan perasaan itu hingga aku hanya bisa menggeliat-geliat sembari menutup mataku dan terasa air mataku menetes. Tanpa kusadari Kak Yanto dan Kak Tanto telah bermain di liang kewanitaanku, mereka berdua bergantian menjilatinya. Kak Tanto berada di atasku dengan kemaluannya menuju wajahku dan Kak Yanto berdiri tegak dan terasa kemaluannya menyentuh gerbang kewanitaanku.

"Buka mulut.." pinta Kak Tanto, tanpa disadari aku mengikuti perintahnya dan tiba-tiba aku didorong oleh kemaluan kakakku dari mulut dan liang kewanitaanku. Terasa kemaluan Kak Tanto sampai pada pangkal tenggorokanku dan kemaluan Kak Yanto mulai masuk ke dalam kemaluanku. "Hm.. hm.. hm.." hanya kata-kata itu yang bisa kuucapkan. Terasa mau muntah dan pedih serta perih sekali liang kewanitaanku. Setelah sekali tekan mereka tukar posisi, giliran Kak Yanto yang berada di atas kepalaku dan Kak Tanto berada di bawahku. Mereka mengulanginya lagi seperti hentakan pertama.

Setelah mereka melakukan dua kali hentakan berselang seling, Kak Tanto tiduran di sampingku dan Kak Yanto tetap berdiri. Tubuhku dimiringkan dan mereka mulai lagi dengan liang kewanitaanku. Liang kewanitaanku dimasuki oleh batang kejantanan Kak Tanto dari depan dan batang kejantanan Kak Yanto dari belakang. "Creek.. creek.." bunyi kemaluan kedua kakakku masuk ke dalam liang kewanitaanku dan saat itu aku merasakan adanya sesuatu yang robek dan perih serta pedih sekali, hingga aku tidak dapat lagi mengeluarkan suara.

Setelah kemaluan kakak-kakakku masuk, mereka bergerak cepat sekali. "Ugh.. ugh.. ugh.. ayoo.. terus", dan setelah sekitar 10 menit lamanya aku hanya merasakan adanya cairan yang banyak menyemprot ke dalam liang kewanitaanku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi dan aku pingsan seketika.

Setelah aku sadar, aku tidur dengan Mbok Ijah yang telah diberi obat tidur oleh kakak-kakakku. Aku melihat kemaluanku menancap sejenis mainan seperti kemaluan kakakku satu ujung masuk ke kemaluan Mbok Ijah dan satu ujungnya masuk ke dalam kemaluanku. Perlahan-lahan kulepaskan barang itu dan aku turun dari tempat tidurku berjalan gontai menuju ruang tengah. Sesampainya di ruang tengah aku dicemooh oleh kakak-kakakku berdua.

"Wah, To adik kita lesbian", kata Kak Yanto.
"Iyah, laporin aja sama ayah, biar kapok.." kata Kak Tanto.
"Jangan.. jangan dilaporin Kak", kataku mengiba.
"Oke, kalau kamu nggak mau dilaporin.. Kamu kan sudah diphoto oleh kita berdua", sambil menunjukan kamera Kak Yanto dan Kak Tanto mengancamku.
"Kamu harus melayani kita berdua setiap jam dan dalam waktu satu minggu ini, dan kamu haruslah libur kuliah", kata Kak Tanto, "Bila aku tidak mau diceritakan tentang tidurku bersama dengan Mbok Ijah."
"I..ya, I..yah tapi pake pengaman yah, Rini nggak mau hamil", kataku memelas.
"Oke, mau pake pengaman kek, nggak kek, pokoknya loe harus ngelayani kita berdua", kata Kak Yanto.

Terpaksa pada saat itu hingga seminggu aku bolos kuliah dan aku melayani kedua kakakku yang sudah tidak ingat lagi bahwa aku ini adik kandungnya. Dan setelah seminggu aku diberi photo serta klisenya waktu aku tidur dengan Mbok Ijah dengan pose lesbian. Kutanyakan kepada Mbok Ijah kenapa mau seperti itu, ternyata ia dipaksa untuk meminum sirup buatan Kak Tanto sehingga menjadi lemas dan tertidur. Dan mereka masih sempat memperlihatkan photo mereka berdua bermain dengan adik kandungnya, dengan pose-pose yang heboh dan saat itu pula aku pingsan.
Itulah pembaca yang baik, pengalamanku yang tidak baik dan tidak terlupakan.













sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com

cerita sex - Keperawananku Direnggut Papa

Sebelumnya saya perkenalkan nama saya Nadya (bukan nama sebenarnya). Saya sebelumnya wanita baik-baik yang belum pernah mengenal sex sebelumnya.

Saya mengalamai pengalaman sex pertama saya dengan seorang laki-laki yang sebelumnya saya sangat respek padanya, laki-laki itu adalah papa saya sendiri.

Papa mempunyai kebiasaan yang buruk yaitu senang sekali bermabuk-mabukan dan membawa wanita jalanan ke rumah ketika mama sedang mengurusi bisnisnya ke luar negeri.
Papa dulunya seorang businessman yang sangat sukses yang bergerak di bidang jasa perbaikan kendaraan, bahkan bengkel papa sebelumnya sangat terkenal di negeri ini karena kekhususannya mengurusi mobil-mobil mewah.

Dulu papa sangat perhatian dan sangat sayang kepada kami, sampai akhirnya ketika krismon melanda negeri ini, kelakuan papa berubah 180 derajat, mulai dari bermabuk-mabukan sampai bercinta dengan wanita jalanan di rumah kami sendiri.

Dua tahun telah berlalu setelah krismon, bisnis papa semakin terpuruk, sehingga kami terpaksa mengadu nasib di negeri kangguru. Kami tidak tahu kelakuan papa selanjutnya, karena papa tinggal sendirian di rumah di Jakarta dengan seorang pembantu laki-laki.

Sampai akhirnya ketika saya dan adik saya Dania (bukan nama sebenarnya) pulang liburan ke Jakarta pada tahun 2002. Ketika itu, papa memintaku untuk magang di bengkelnya. Seperti kondisi sebelumnya, memang sedikit sekali pelanggan yang datang ke bengkel papa, sehingga terlihat sangat sepi.

Pada suatu hari saya mendapati papa sedang mabuk di ruangan kerjanya. Ketika itu aku menghampiri papa untuk menegurnya. Entah kenapa tiba-tiba papa menarikku dan mencumbuiku dengan paksa. Dia memaksakan memasukkan lidahnya ke mulutku sambil tangan kanannya meremas pantatku dan tangan kirinya meremas payudaraku.

Aku sudah berusaha untuk mengelak darinya, tapi ternyata tenaga papa lebih besar dari tenagaku. Entah kenapa tiba-tiba ada suatu rasa yang nikmat yang menjalar di sekujur tubuhku, dan payudaraku terasa mulai mengeras. Papa mulai memainkan lidahnya di dalam mulutku, dan secara reflect lidahku membalasnya.

Aku merasakan celana dalamku mulai basah, dan aku sepertinya mulai terangsang oleh cumbuan papa. Peristiwa itu berlangsung selama 8 menit. Tiba-tiba papa melepas pagutan bibirnya dari bibirku, dan sepertinya dia mulai tersadar dari mabuknya. Papa mendorong tubuhku dan meminta maaf sambil menitikkan matanya penuh penyesalan.

Setelah itu saya segera pulang dengan mobilku sendiri, sedangkan papa masih harus melanjutkan pekerjaannya. Selama dalam perjalanan pulang, saya menangis karena masih terbayang dengan perbuatan papa tadi. Perasaan benci, kecewa, tapi bercampur dengan rasa nikmat yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan. Ketika sampai di rumah, saya mendapati celana dalam saya masih basah, dan saya langsung masuk ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa jijik saya.

Ketika saya mandi, saya masih membayangkan perbuatan papa tadi, sampai secara tidak sadar, saya meremas payudara saya. Saya mulai merasakan nikmat yang luar biasa, bercampur dengan guyuran shower yang mengalir di sekujur tubuhku. Siraman air shower terasa nikmat sekali di memek saya, dan secara tidak sadar, saya mulai mengelus memek saya.

Perasaan nikmat semakin menjadi-jadi sampai akhirnya seluruh tubuhku mulai mengejang dengan hebatnya, dan cairan hangat keluar dari memek saya. Setelah itu tubuh saya terasa lemas, dan akhirnya saya tertidur pulas setelah selesai mandi.

Keesokan paginya waktu saya sedang sarapan, papa kembali meminta maaf kepadaku, tetapi aku bingung menyikapinya, karena di lain sisi aku menginginkan kejadian kemarin terulang kembali.

Setelah itu papa berangkat ke kantor dan saya mengantarkan adik saya ke rumah temannya. Selama di kantor, segala sesuatu berjalan seperti biasa, sampai ketika saya hendak pulang, mobil saya tidak bisa dihidupkan, dan mekanik anak buah papa tidak sanggup menyelesaikannya hari itu juga.

Akhirnya saya ke ruangan papa untuk mengajak pulang bareng. Ternyata seperti biasa papa sedang mabuk-mabukan lagi. Walaupun sedang mabuk, papa masih tetap sadar dan mengajak saya untuk pulang saat itu juga. Segalanya berjalan dengan normal selama dalam perjalanan pulang, sampai di dekat rumahku, papa menghentikan mobilnya dan tiba-tiba dia membuka celananya dan memerintahkanku untuk memegangnya.

Tiba-tiba papa memanggilku dengan nama mamaku. "Nancy, tolong elus kontol gua dong, gua udah lama gak elu isepin!" Tentu saja aku kaget, ternyata selama mabuk, papa menganggapku sebagai mama, karena kemiripan mukaku dengan muka mama. Karena ada dorongan setan, aku mulai memegang dan mengulum kontol papa yang ternyata besar sekali sampai-sampai tidak cukup masuk ke dalam mulutku.

Secara reflek saya mulai memaju-mundurkan kepala saya dan mulai menjilati biji peler papa. Pada saat itu, papa mulai mengelus paha saya, dan akhirnya tangannya melepas celana dalamku. Kemudian jari-jarinya bermain di bibir memekku.

Selama lima menit, papa memainkan memekku, hingga akhirnya cairan hangat mengalir dari memekku, aku merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah beberapa menit kemudian, aku sudah hampir sampai untuk kedua kalinya, tiba-tiba cairan putih keluar dari kontol papa, dan tertelan olehku, dan rasanya gurih sekali. Setelah itu, papa menjadi lemas dan mengeluarkan jarinya dari dalam memekku, sehingga aku merasa nanggung.

Saat itu juga, papa langsung tertidur di dalam mobil, dan karena merasa kesal, aku pulang jalan kaki, yang jaraknya tidak jauh dari rumahku.

Sampai di persimpangan jalan rumahku, aku bertemu dengan kakak kelasku di SMA yang sudah 2 tahun tidak ketemu, namanya Bang Jhonny (bukan nama sebenarnya) yang terkenal playboy waktu di SMA dulu. Tampang Bang Jhonny sebenarnya biasa-biasa saja, entah kenapa dia bisa menjadi playboy. Kami bersalaman dan dia berusaha memelukku dengan erat, aku berusaha menolaknya, karena tidak ingin Bang Jhonny tahu kalau celana dalamku basah.

Aku berlari ke rumahku, dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan memekku. Sambil mandi, aku mulai masturbasi kembali, karena perasaan nanggung tadi masih ada. Setelah selesai mandi, aku mengenakan daster tanpa celana dalam dan bra karena kebiasaanku setiap tidur. Setelah itu aku tidur tanpa sempat makan malam.

Pada saat aku sedang tidur nyenyak, aku merasakan ada yang sedang berusaha melepaskan tali dasterku. Karena masih capek akibat orgasme yang berulang kali tadi, aku tidak bisa terbangun. Tangan itu menjalar sampai ke payudaraku dan aku merasakan lidah sedang bermain di pentilku.

Tanpa sadar aku mengerang nikmat, dan membayangkan papaku sedang melakukannya. Kemudian bibir itu terus bergerak menuju leherku sampai akhirnya berhenti di bibirku. Aku membalas pagutan bibirnya dan tiba-tiba aku tersadar dan terbangun. Aku mendorong tubuh itu yang ternyata adalah papaku.

Dengan sekuat tenaga papa tetap memaksaku dan semakin liar perlakuannya kepadaku, sehingga dasterku robek, sehingga tubuh indahku terlihat di depan matanya. Dengan paksa dia mengangkangkan kedua kakiku dan mulai menjilati memekku. Aku berusaha menjauhkan kepala papa dari memekku sehingga papa terjengkang dari tempat tidur.

Papa segera bangkit dan menarik tubuhku sambil menampar pipiku dengan keras. Dilucutinya semua pakaiannya sehingga hanya tubuh polosnya yang terlihat. Tanpa basa-basi aku didorongnya kembali ke tempat tidur dan sekarang mencoba untuk memasukkan kontolnya ke lobang kenikmatanku.

Dengan pasrah aku menuruti kemauannya karena menurutku sudah percuma untuk menolak lagi. Dia mulai menggenjot memekku kedepan dan belakang. Karena aku berusaha melawan memekku terasa sangat perih, lagi pula saat itu aku masih perawan dan lubangnya sangat sempit. Tetapi setelah lama kelamaan ternyata aku mulai menikmati permainannya dan mulai menggerakkan pantatku naik turun. Beberapa lama setelah itu kurasa cairanku mendesak memek dan terasa akan keluar.

Dengan segera kupercepat gerakan pantatku dan akhirnya aku berteriak nikmat karena aku mencapai puncak kenikmatan. Beberapa saat kemudian papa membalikkan tubuhku dan mulai mengelus lubang pantatku serta menjilatinya. Aku yang sudah sangat lemas sebenarnya sangat jijik dengan perlakuannya, tetapi seperti sebelumnya aku hanya bisa pasrah. Papa yang sudah sangat bernafsu segera menghujamkan kontol besarnya ke dalam lubang pantatku.

Tanpa sadar ternyata meneteslah darah dari memek dan pantatku bercampur dengan cairan vaginaku. Aku berteriak dengan kerasnya karena rasa sakit luar bisa dari lubang pantatku. Mendengar teriakanku papa semakin nafsu menghujamkan kontolnya berkali-kali sambil menjambak rambutku dengan kerasnya. Papa semakin mempercepat gerankan kasarnya, dan seketika dia mengejang dan berteriak keras, aku merasa cairan sperma papa terus menerus mengalir masuk ke pantatku.

Setelah puas dengan semua prilakunya papa tergeletak lemas disampingku dan aku hanya bisa merenungi nasibku. Hilang sudah keperawananku yang selama ini kujaga dan ternyata harus kurelakan direnggut oleh orang yang sangat ku hormati dan sejak saat itu aku merasa telah berkhianat pada mamaku.

Walaupun setelah perawanku direnggutnya aku semakin sering melakukan hubungan sex dengan papa selama berada di Jakarta. Selain dengan papa, aku juga sering melakukan sex dengan Bang jhonny yang akhirnya menjadi pacarku.

Tapi kini Bang jhonny telah meninggalkanku untuk selama-lamanya karena dia overdosis narkoba. Karena telah sering melakukan hubungan sex, aku menjadi seorang maniak yang selalu butuh sentuhan lelaki.

Bagi siapa saja yang tertarik dengan kisahku atau bisa memberikan solusi padaku silahkan hubungi aku pada alamat emailku.













sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com

cerita sex - Kasih Sayang Ibu Mertuaku

Aku seorang laki-laki biasa, hobbyku berolah raga, tinggi badanku 178 cm dengan bobot badan 75 kg. Tiga tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugrahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

*****

Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH, melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih membuatku kadang bisa hilang akal sehat. Pernah suatu hari, selesai Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke badannya. Gak lama dia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai dekat telpon ternyata Ibu mertuaku sudah mengangkatnya, dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun.

Aku tertegun diam melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir "Kok, udah tua begini masih mulus aja ya..?".
Aku terhentak kaget begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telpon, dan aku langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Gak lama Ibu mertuaku nyusul ikutan nonton sambil ngobrol denganku.
"Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja" tanya Ibu mertuaku.
"Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana" tanyaku kembali.
Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut gabung ngobrol dengan kira berdua.

*****

Malam itu, jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, kulihat TV masih menyala dan kulihat Ibu mertuaku tertidur di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya. Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas vagina Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan. Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

*****

Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.
Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur sambil teriak "Awas tikusnya keluar..!" tandas Ibu mertuaku.
"Mana ada tikus" gumanku.
"Lho.. kok pintunya dibuka terus" Ibu mertuaku kembali menegaskan.
Sambil kututup pintu kamar kubilang "Mana.. mana tikusnya..!".
"Coba kamu lihat dibawah kasur atau disudut sana.." kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.

Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur.
Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan "Kamu takut juga ya?".
Sambil berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.

"Udah dibuang keluar belum?" tanya Ibu mertuaku.
"Sudah, Bu." jawabku.
"Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua" tegas Ibu mertuaku.
"walah, tikus maen pake ajak temen segala!" gumamku.
Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.

"Gak ada tikus lagi, Bu..!" kataku.
Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.
Dalam hati aku berkata "Kenapa nih orang?".
Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.
"Ibu kenapa?" tanyaku.
"Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu" jawabnya.
"Udah ya.. Bu, belai-belainya..!" kataku.
"Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu" jawab Ibu mertuaku.
"Bukan nggak suka, Bu. Cumakan..?" tanyaku lagi.
"Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?" potong Ibu mertuaku.
Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.

Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.
Dalam hati aku berpikir "Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki".
Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku.
Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata "Bu, sudah ya..".
Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.
"Ah, ah.. hhmmh, teruss.." itu saja yang keluar dari mulutku.
Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.
"Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu.." jelasku.
"Hhmm.. mmh, heh.." suara Ibu mertuaku menjawabku.

Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.
"Banyak banget kamu keluarnya, Do..!" tanyaku Ibu mertuaku.
Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.

"Kenapa jadi begini, Bu..?" tanyaku.
"Ibu cuma pengen aja kok.." jawab Ibu mertuaku.
Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata "Ibu mau juga.?".
Dia menggangguk pelan, kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks, dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.

Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya. Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar desahan nafasnya. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang kecil. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.

"Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss.." kudengar suaranya pelan.
Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku. Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan.

"Ah.. uh, nikmat banget ya..!" kata Ibu mertuaku.
Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat.
"Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang.." kata Ibu mertuaku.
Aku coba ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun.
"Ahh.. ah.. ahhss.." desah Ibu mertuaku.
Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam dekapanku.
"Enak ya.. Bu. Mau lagi..?" tanyaku.
Dia menoleh tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.
"Kenapa? Kamu mau lagi?" canda Ibu mertuaku.

Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan. Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut. Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.

"Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!" suara Ibu mertuaku pelan kudengar.
"Ibu keluar lagi.. Do.." kata Ibu mertuaku.
Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., "Acchh.." Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya. Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.
"Ayo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih.." kata Ibu mertuaku.
"Dikit lagi, Bu..!" sahutku.

Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.
"Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya" kataku.
Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut.
"Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu.." kata Ibu mertuaku.
Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi.

*****

Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.
Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya "Siapa didalam?".
"Ibu! Kamu sudah pulang Do.." balas Ibu mertuaku.
"O, iya. Kapan sampainya Bu?" tanyaku lagi sambil masuk kamar.
"Baru setengah jam sampai!" jawab Ibu mertuaku.

Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran dulu sebelum mandi. Lewat pintu kamar mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia sengaja malah menubrukku.
"Kamu mau mandi ya?" tanya Ibu mertuaku.
"Iya, emang Ibu mau mandi lagi"? candaku.
Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku sambil berbisik dia katakan "Mau Ibu mandiin nggak!".
"Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala" balasku.
"Ayo sini.. biar bersih mandinya.." jawab Ibu mertuaku sambil menarikku ke kamar mandi.

Sampai kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air. Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana yang seperti itu.
"Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?" kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di burungku.
Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan hati-hati dan lembut.

Selesai disabun aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku. Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total berdiri. Selepasnya handukku dia langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen banget melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.

Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan pelan "Oh.. oh,.ahcch..".
Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan jatuh ke pelukkanku.
Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan "Waduh.. enak banget ya?".
"He-eh, enak" balasnya.
"Emang ngeliat siapa disana sampai begini?" tanyaku.
"Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja.." balas Ibu mertaku.
Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya sambil memainkan lobang vaginanya. Ibu mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke vaginanya.

"Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti" kata Ibu mertuaku.
Aku beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya. Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya. Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.
"Aku nggak kuat, Do.." desah ibu mertuaku.
Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku.
"Acchh.. sshh.. ah.. oh" desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.

Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku. Ibu mertuaku masih memelukku erat dan menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu mertuaku.
"Mungkin nggak ketampung makanya tumpah", kataku dalam hati.
Aku pamit dan langsung ke kamar mandi membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma di batangku.

*****

Itulah terakhir kali kami melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan tujuannya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berprasangka bahwa istriku tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.













sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com

cerita sex - Kado Ulang Tahun Mama

Ini merupakan tulisan Fikki yang ketiga di sumbercerita.com, meskipun saat ini aku menggunakan alamat email yang berbeda daripada biasanya karena alamat tersebut sedang dalam perbaikan dan seingatku, dulu tidak harus punya account di situs ini untuk dapat menulis cerita, cukup langsung mengirim lewat email.

Kali ini juga bukan kisahku sendiri yang akan kuceritakan, tapi tentang Wen, temanku di kota N dulu, yang sekarang telah duduk di kelas II SMP, ketika aku bertemu beberapa waktu yang lalu saat aku berkunjung ke tempat pamanku di sana. Meski saat itu hubungan antara keluargaku dan keluarganya sedang tidak begitu baik karena ada masalah, tapi kami sempat bertemu dan mengobrol banyak tentang dirinya, sehingga aku dapat menuliskannya dalam beberapa cerita, di antaranya adalah yang berikut ini.

*****

Menurut Wen, sepeninggalku dari sana, banyak kejadian yang dialaminya, terutama mengenai kehidupan seksualnya. Salah satunya adalah kejadian ini yang terjadi hampir setahun lalu. Menurutnya waktu itu dia baru saja disunat, dan setelah sembuh, banyak teman yang menggodanya agar mencoba memakai 'burung'nya untuk melakukan hubungan seks, menurut mereka sebagai 'pemanasan' atau 'percobaan' atau apalah istilahnya. Demikian pula di sekolah, banyak teman-temannya yang menawarinya hal-hal yang berbau seks, terutama majalah porno, cerita-cerita stensilan, VCD BF dan lain sebagainya. Wen mengganggapnya biasa saja, karena anak baru gede pasti begitu, demikian pula dirinya, kadang-kadang dia juga onani kalau sedang bernafsu, apalagi kalau soal melakukan seks, dia pernah juga melakukannya meskipun tidak normal seperti dalam "berburu burung".

Keluarga Wen terdiri dari empat orang, yaitu orang tua, kakak cewek satu-satunya, Ris namanya yang masih duduk di kelas II SMU, dan Wen adalah bungsu. Papa dan Mamanya adalah PNS. Sebuah keluarga yang bahagia sebenarnya, hanya saja banyak orang yang bilang bahwa mamanya agak gila dan sering kambuh jika keinginannya tidak terpenuhi. Tetapi meski begitu Mamanya sangat menyayanginya, sehingga Wen tumbuh menjadi anak yang manja dengan Mamanya.

Waktu itu bertepatan dengan ulang tahun Mamanya, setelah pesta kecil-kecilan yang dilakukan sepanjang sore hingga malam, seluruh anggota keluarga Wen minum suplemen makanan untuk menjaga kesehatan dan capeknya cepat hilang, meski besoknya hari Minggu, karena biasanya hari itu malah banyak acara terutama acara keluarga. Namun efek yang dirasakan Wen agaknya lain, dia jadi enggak bisa tidur, sudah tiduran beberapa lama tetap saja dia tidak bisa memejamkan matanya. Akhirnya dia mencoba onani saja biar capek sekalian tapi bisa cepat tidur dan istirahat, seperti yang hari-hari biasa dia lakukan onani bila tidak bisa tidur.

Wen melepasakan seluruh pakaiannya seperti biasa, agar tidak terkena cipratan sperma, sebagai gantinya diambilnya sapu tangan untuk tempat menampung keluarnya sperma nantinya. Kemudian dia telanjang, diranjang dan diletakkannya saputangan diatas perutnya dan dia mulai meremas kelaminnya, mengocok penisnya pelan-pelan, diselingi mengusap dadanya sambil membayangkan film-film porno yang pernah ditontonnya atau mengingat apapun yang dapat menimbulkan nafsunya. Hingga tak lama kemudian mulai dia mempercepat kocokannya karena nafsunya sudah membumbung dan rasanya spermanya juga mau segera keluar, tiba-tiba dia mendengar langkah kaki menuju kamarnya. Sudah begitu dia baru ingat kalo lupa mengunci pintu, mau menuju pintu untuk mengunci langkah itu sudah didepan pintunya, tanpa pikir panjang diapun langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, karena paling-paling yang datang Mamanya.

Ternyata benar Mamanya, Wen pun pura-pura tidur dengan agak memicingkan mata agar bisa memperhatikan apa yang dilakukan Mamanya, meski penisnya bekedut-kedut karena mau keluar sperma dia coba menahannya. Mamanya menuju ke ranjangnya, dan duduk ditepi kemudian mencium keningnya, terus berusaha merapikan selimutnya. Saat itulah terlihat penis Wen yang tegang terlihat Mamanya.
"Loh anak ini kok tidur telanjang sih", gumamnya.
"Kontolnya mengacung menantang lagi", sambil memperhatikan anak lelakinya itu.
Wen diam saja.
"Ehm ini keluar cairannya lagi", katanya lagi sambil memegang penis Wen.
Saat itulah Wen pura-pura terbangun.
"Ada apa Ma?", tanya Wen pura-pura terkejut dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Kamu itu lho, tidur kok gak pake baju, emang kepanasan, nanti malah masuk angin lagi, apa kamu memang lagi main-main dengan kontolmu itu?", tanya mamanya memberondong.
"Iya Ma, Wen mau onani, tapi keburu Mama datang", Wen tidak bisa mengelak.
"Tadi Wen gak bisa tidur sih Ma"
"Ooo begitu, ya sudah kalau begitu biar Mama bantu", sambil berusaha meraih dirinya.
"Tapi, enggak usah Ma, entar.."
"Nggak usah tapi-tapian", potong mamanya.
Tangannya pun sudah meraih penis Wen dan mulai mengocoknya. Wen hanya bisa diam dan keheranan dengan apa yang dilakukan mamanya, hingga tak lama kemudian sudah terdengar desisnya yang tak jelas dari mulut Wen.
"Wen, kontolmu besar juga ya?", puji mamanya.
"Dikocokin sama Mama enak ya?".
Wen hanya mengangguk dan menatap langit kamar sambil membuka mulutnya mengeluarkan desisan.
"Kalo mama beginikan, gimana?", katanya seraya mendekatkan kepalanya ke selangkangan Wen dan memasukkan penis anaknya itu ke mulutnya, dikulum beberapa saat kemudian dihisapnya dalam-dalam sebelum menjilatinya.
Kali ini Wen tidak hanya mendesis tapi bersuara meski ditahannya sehingga tak jelas didengar,
"Ma enak banget Ma, ah uhh", gumamnya sambil berkelojotan, menggoyang pinggulnya ke kanan dan ke kiri, sementara nafasnya memburu tak beraturan.

"Ehm ehm, ternyata begini ya? yang dilakukan mama dan anaknya?"
Tiba-tiba suara papanya sudah ada di belakang meraka, mereka tak menyadari karena terlalu keasikan.
"Papa.." ucap Wen dan mamanya hampir bersamaan.
"Ini Pa, anakmu kan sudah gede nih, belum tahu namanya seks, jadi mama coba ajari biar gak kuper sekalian ngetes normal nggak dia", kata Mamanya.
"Ooo gitu, tapi kok sampai kayak gitu"
"Biar dia juga punya pengalaman, kan lebih baik kita yang memberitahu, daripada orang lain yang mengajarinya entar malah salah", jelas mamanya sambil melanjutkan mengulum penis anaknya itu.
"Ya sudah, biar Papa lihat", meski begitu terlihat celana kolornya agak menonjol tidak seperti biasanya.
Agaknya papanya juga terangsang melihat apa yang dilakukan Mama dan Wen atau memang sedang bernafsu ingin bersetubuh. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke kepala Mama.
"Ma, sebenarnya Papa juga pingin", bisiknya.
"Papa sudah terangsang nih"
"Ya gantian ya Pa", jawab Mama.

Sementara Wen yang dari tadi hanya mendengarkan saja sudah nggak tahan spermanya mau keluar, hingga kemudian diapun memberitahu mamanya.
"Ma, Wen mau keluar nih"
"Tahan dulu", mamanya mengeluarkan penisnya dari mulutnya, kemudian dia melepaskan daster tidurnya, kemudian BH-nya dan terakhir celana dalamnya.
Melihat itu Papanya langsung protes.
"Ma, apa-apaan sih kok ikutan telanjang juga?"
"Lho pa, kan sekalian, biar dia tahu semuanya, Papa sekalian sini deh"
"Ma, Wen kan anak kandungmu, masak kamu mau melakukan sama dia", sambil mendekati istrinya.
"Pa, biar dia tahu, lagian hari ini ulang tahun mama, sekali ini saja deh Pa", rayu mama.
"Mama memang gila, tapi terserah mama deh"
"Thanks Pa", ucap mama, sambil mencium suaminya.
"Papa mau kan sekalian melakukannya disini?".

Tanpa menunggu jawaban dari suaminya dia merebahkan tubuhnya telentang di ranjang di hadapan dua laki-laki itu.
"Wen, sini sayang, gantian ini tetek Mama kamu isep ya"
Wen segera menyodorkan kepalanya ke dada Mamanya, terus mulai menghisap payudara mamanya yang sudah agak kencang karena sudah mulai terangsang. Sedangkan Papanya sekarang sudah melepas celananya sehingga telanjang juga.
"Pa, Mama dikerjain dong", pintanya.
Papanya pun langsung menuju ke arah selangkangannya dan mulai menjilatinya, bahkan kadang-kadang menghisapnya, sehingga suasana semakin panas saja. Mamanya yang mulanya hanya mendesis ringan tak jarang mengeluarkan jeritan kecil saat vaginanya dihisap suaminya, sambul tangannya sibuk meremas pantat Wen dan juga mengocok penis Wen agar tetap menegang.
"Ah ah uh Pa, sebentar Pa beri kesempatan Wen dulu Pa", kata Mama tertahan.
"Biar Wen merasakan memek mamanya Pa".
Papanya pun segera bergeser. Demikian pula dengan Wen.
"Wen, sayang, dulu kamu lahir dari lubang ini, sekarang coba kamu rasakan nikmatnya memek Mama!", ucap Mama.
"Sekarang masukkan kontolmu ke lubang Mama Ya Wen, Mama sudah nggak tahan nih!"
"Ya, Ma", ujar Wen sembari mengarahkan penisnya yang mengacung ke selangkangan Mamanya.
Setelah tepat di depan lubang vagina Mamanya didorongnya penisnya agar masuk, tapi "Sret" penis Wen meleset, karena memang bibir vagina mamanya sudah agak licin setelah dijilati Papanya, kemudian dicobanya lagi, gagal lagi, hingga kemudian dia dibantu Papanya.
"Coba Papa bantu", katanya sambil memegang penis Wen dan mengarahkan ke vagina istrinya
"Sekarang dorong kontolmu, Wen!".
Dan "Bless" penis Wen masuk ke vagina mamanya.
"Ahh.." hampir bersamaan suara Wen dan Mamanya mendesah merasakan sensasinya.
"Sekarang maju mundurkan kontolmu di memek mama sayang", pinta Mamanya.

Wen pun langsung tancap gas, dimaju mundurkannya penisnya, mula-mula pelan-pelan kemudian semakin agak cepat, membuat mamanya semakin mendesak keenakan.
"Gimana sayang rasanya, sayang?"
"Enak banget Ma", jawab Wen sambil mendengus.
Papanya pun mulai beraksi lagi, disodorkannya penisnya ke mulut mamanya yang sedang menikmati kocokan penis anaknya.
"Ma, sekarang sambil isep kontol Papa dong".
Mama pun langsung memasukkan penis suaminya itu ke mulutnya. Melihat adegan yang dilakukan Papa dan Mamanya tersebut membuat Wen semakin terangsang, sehingga dia semakin mempercepat kocokannya di vagina Mamanya, sehingga terdengar bunyi ketika pahanya bertatapan dengan paha mamanya yang mekangkang. Mamanya juga tak segan-segan mendesah atau menjerit kecil ketika dia keenakan, demikian pula papanya yang berulang kali mendengus panjang ketika penisnya dihisap istrinya, demikian pula Wen yang terus mengocok penisnya di vagina Mamanya.

"Terus sayang, cepat sedikit sayang, Mama Mau keluar nih", kata Mamanya mendesah.
Wen pun agak mempercepat kocokannya, Terlihat Mamanya kelojotan, goyang kanan, dan ke kiri memainkan pinggulnya sambil terus mengulum penis Papa. Sesaat kemudian Mamanya merapatkan pahanya sehingga menjepit tubuhnya. Wen merasakan ada cairan hangat yang keluar dari dalam vagina mamanya, tapi dia tidak peduli, dia terus memaju-mundurkan penisnya, hingga mamanya kelihatan melemas.
"Ma, aku mau keluar Ma", tiba tiba Wen berteriak.
"Tahan Wen, jangan dikeluarkan di dalam, biar Mama isep lagi saja"
Wen segera menarik keluar penisnya dari vagina mamanya, "Plub" terdengar suara penisnya keluar dari vagina Mamanya, terlihat penisnya yang memerah berkilat-kilat karena terkena cairan vagina Mamanya.
"Pa, ganti posisi Pa", katanya sambil bangkit dari telentangnya.
"Sini wen kamu ganti yang telentang"
Wen pun jadi telentang, penisnya yang mengacung itupun langsung dikulum oleh mamanya, sementara Papanya mengambil tempat di belakang Mamanya dan langsung memasukkan penisnya ke vagina istrinya dari belakang.
"Ughk", desah mamanya ketika penis suaminya memasuki vaginanya.
Papanya kemudian terus mengocokkan penisnya.
Sementara hanya bisa mendesah dan bersuara "ah uh ugh" ketika Mamanya menghisap penisnya semakin panjang saja, hingga dia tidak bisa menahan keluarnya spermanya lagi.
"Ma, ah uh ahk Ma aku keluar.., Maa.."
Seiring menyemburnya cairan putih kental dari penisnya, banyak sekali spermanya yang keluar di mulut mamanya yang langsung ditelan Mamanya, bahkan sampai ada yang keluar dari mulutnya, sedangkan yang masih tertinggal di penisnya dijilati Mamanya sampai bersih tak tersisa. Wen pun mulai melemas.
"Ma, enak banget Ma", desah Wen.
Mamanya memberikan isyarat kedipan matanya dan mencium bibirnya dengan mesra.

Tak lama kemudian Papanyapun mencabut penisnya dari vagina mamanya itu dan mengacungkan didepan mulutnya, dan dengan sedikit kocokan keluarlah cairan putih kentalnya yang menyembur ke wajah istrinya bahkan ada yang mengenai wajah Wen, sebagian masuk ke mulut istrinya dan ditelannya, kemudian Mama mengulum dan menghisap penis suaminya itu dan dibersihkannya penisnya dari sisa sperma yang masih menempel, sedangkan yang ada di wajahnya diratakannya dengan mengusap wajahnya hingga kelihatan bersih. Terlihat Papa dan mamanya puas dengan apa yang baru saja dilakukannya.

Dengan masih telanjang ketiganya kemudian terbaring kelelahan, kemudian mereka berpelukan bertiga, Wen yang berada ditengah-tengah Papa dan Mamanya merasa kebahagiaan yang luar biasa saat itu dan akhirnya ketiganya ketiduran hingga keesokan harinya. Benar-benar malam yang penuh kenikmatan. Begitu seperti yang diceritakan Wen kepada Fikki.
Aku hanya bisa berkata, "Gila..!".













sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com

cerita sex - Istriku Selingkuh Dengan Keponakan

Kejadian yang terjadi di rumah tanggaku ini tidak akan terulang lagi, karena istriku sendiri sudah menyadari atas kekilafan yang pernah dia lakukan dan dia pun telah minta maaf dan bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi. Sebaliknya aku pun demikian, menyadari bahwa semua itu bukan semata-mata kesalahan istriku saja melainkan aku pun merasa ikut bersalah dan memaklumi kalau ini semua tidak direncanakan sebelumnya dan kami anggap sebagai ujian hidup.

Maksud dan tujuan semua ini aku ceritakan agar dapat dijadikan pegangan dan referensi buat semua orang yang membacanya, supaya kejadian yang kualami tidak terjadi pada orang lain, disamping hal tersebut agar semakin lepas dari sisa beban batin yang mungkin masih ada di diriku.

Kejadiannya memang tidak diduga dan tidak direncanakan. Awalnya hanya sedikit salah paham antara aku dan istriku. Dari kesalah-pahaman itu, aku sedikit merasa sakit hati dan saat itu aku mencoba untuk tidak mau bertegur sapa dengan istriku. Hal itu aku lakukan, karena awalnya aku ingin menggoda sampai dimana ketahanan nafsu seks istriku bila tidak kusentuh selama seminggu. Karena perlu diketahui pembaca, bahwa istriku dan aku umumnya tiga hari sekali rutin melakukan senggama dan itu semua umumnya berakhir dengan cucuran kenikmatan. Memang selama ini kami berdua selalu bervariasi dalam melakukan hubungan seks, dan kami merasa tidak mengalami masalah dalam hal yang satu ini.

Sebelum kulanjutkan cerita ini, kuceritakan dulu perihal keluargaku. Di rumahku tinggal aku (36 tahun, asal pulau Pariwisata), istriku Ayu (nama panggilan istriku sesuai dengan orangnya) yang cantik molek, kulit kuning langsat karena turunan dari kota kembang, rambut lurus hitam lebat dan ini sama dengan bulu kemaluannya yang hitam dan lebat, umurnya baru 34 tahun dan hidung mancung, lalu ada dua orang laki-laki lagi yang tinggal di rumahku, yaitu Dani, anakku yang baru berumur tiga tahun dan Wisne (25 tahun) keponakanku yang awalnya numpang tinggal karena keperluan mencari kerja dan saat ini tidak lagi tinggal di rumahku karena telah aku suruh pulang karena menyangkut perselingkuhan dengan istriku.

Jadi setelah selama tiga hari aku mencoba menggoda benteng ketahanan istriku dengan cara tidak bertegur sapa dan tidak memberikan kebutuhan biologisnya, ada sisi lain yang aku bisa nikmati, yaitu aku melihat perubahan tingkah dari istriku, tingkah laku yang serba salah, tidur tidak tenang dan banyak lagi hal-hal yang sebelumnya tidak pernah aku lihat. Hal ini entah karena aku yang memberikan ekstra perhatian secara sembunyi-sembunyi atau memang karena akibat dari situasi perseteruan antara aku dan istriku.

Suatu malam, kulihat jam menunjuk di angka sembilan malam, saat itu hari keenam aku membisu, aku sengaja pura-pura tidur duluan dan aku yakin istriku tidak lama pasti menyusul masuk kamar seperti biasanya. Pada jam-jam segitu, umumnya kami masih nonton TV bersama di ruang keluarga termasuk juga Wisne keponakanku. Sebenarnya aku sendiri belum ngantuk tapi aku hanya ingin tahu tingkah laku istriku saja. Beberapa menit aku pura-pura sudah tidur dengan sedikit mengeluarkan suara dengkur dan terlihat bayang-bayang (karena pakai lampu tidur) saat itu istriku susah tidur. Dan aku nyaris tidak percaya dengan apa yang aku lihat bahwa istriku memainkan tangannya di selangkangannya sendiri. Awalnya hanya tangannya yang terlihat bergerak, digesek-gesek naik turun dengan irama yang teratur tapi setelah beberapa saat kemudian, kulihat istriku melepaskan CD-nya dan gerakan tangannya semakin tidak beraturan dibarengi nafas yang semakin ngos-ngosan. Darahku berdesir dan hampir aku tidak bisa menahan nafsuku sendiri ketika melihat istriku terengah-engah karena nikmat yang dibuatnya sendiri. Tapi aku tetap pada pendirianku semula, aku seolah-seolah masih sakit hati dan tidak mau bertegur sapa, jadi saat itu aku hanya menikmati tingkah sensual istriku.

Dua hari berikutnya, aku lakukan hal yang sama, yaitu sekitar jam sembilan aku masuk kamar. Beberapa menit aku tunggu, istriku tidak masuk kamar seperti biasanya dan aku sengaja menunggu reaksi selanjutnya karena aku sendiri belum merasa mengantuk. Sekitar setengah jam, istriku belum masuk juga, tapi aku sayup-sayup mendengar istriku bicara dengan seseorang. Dan beberapa saat kemudian, istriku masuk kamar tapi cuma sebentar dan kemudian keluar lagi dengan menutup pintu secara perlahan tidak seperti biasanya, mungkin dikiranya aku sudah tertidur pulas pada saat istriku masuk kamar. Aku semakin ingin tahu, apa yang akan dilakukan istriku selanjutnya dan bebarapa menit kemudian, aku mendengar pintu kamar sebelah, yaitu kamar Wisne keponakanku ditutup, tapi suara TV masih menyala. Aku pikir keponakanku pergi tidur dan istriku masih nonton TV sendiri. Sekitar lima belas menit, aku ingin melihat apa yang dilakukan istriku dengan cara naik di atas kursi melihat melalui jendela ventilasi, tapi di sekeliling ruangan keluarga tidak terlihat seorang pun, hanya TV yang menyala, lalu aku bertanya dalam hati kemana perginya istriku, mungkinkah ke kamar mandi, tapi sayup-sayup kudengar ada suara-suara yang sedikit mencurigakan.

Dalam hati aku berpikir, mungkinkah istriku masturbasi di kamar mandi. Karena semakin penasaran, maka secara perlahan, aku keluar kamar dan bergerak ala detektif mencari asal suara yang mencurigakan itu. Hampir aku tidak percaya, datangnya suara dari kamar keponakanku. Karena diluar dugaanku, aku harus bertindak cepat untuk mengetahui apa yang dilakukan istriku di kamar keponakanku sendiri, hatiku berdebar-debar dan aku sadar tidak boleh ceroboh dalam bertindak, maka secara perlahan kuambil kursi untuk melihat sedang apa mereka di kamar keponakanku. Astaga apa yang kulihat, istriku sedang berciuman mesra dengan Wisne, hampir aku langsung mendobrak pintu kamar keponakanku, tapi aku gemetar bercampur rasa penasaran dan ada perasaan unik tersendiri begitu melihat istriku bergumul dan bermesraan dengan orang lain, sehingga kuputuskan untuk mengintip perselingkuhan yang dilakukan istriku. Sebenarnya ada rasa ingin marah dan cemburu, tapi di sisi lain, ada perasaan lain yang membuat aku berdebar-debar ingin menyaksikan.

Kulihat mereka masih ciuman sambil bersandar di dinding, tangan kanan istriku telah merogoh batang kejantanan Wisne yang masih pakai celana pendek dan tangan tangan Wisne meremas-remas buah dada istriku yang masih pakai daster. Jantungku semakin berdebar dan tidak terasa aku ikut terangsang karena selama ini aku pun menahan nafsuku. Terlihat keduanya sangat bernafsu, terutama istriku. Sambil tangan kanan tetap meremas dan mengocok batang kemaluan Wisne, tangan kirinya melepaskan kancing dasternya dan dalam beberapa saat, dasternya merosot ke lantai, sedang tangan Wisne terlihat berusaha membuka kaitan BH istriku, lalu mulut Wisne beralih ke puting susu istriku. Terlihat istriku menggeliat keenakan. Dan tangan istriku tidak ketinggalan, membuka kancing celana Wisne dan langsung melorotkan CD Wisne. Terlihat batang kemaluan Wisne telah tegak dengan gagahnya, besar dan panjangnya hampir sama dengan punyaku, hanya punya Wisne agak sedikit bengkok ke atas dan agak lebih kuning dari punyaku, mungkin karena dia masih perjaka dan belum pernah diasah.

Dan setelah kedua-duanya telanjang bulat, mereka bergeser ke arah ranjang dan sambil masih berciuman, istriku direbahkan dengan kaki masih di lantai.
Terdengar suara permohonan istriku pada Wisne, "Wisne cepat masukkan barangmu.. cepaat..!"
Mereka terlihat terburu-buru. Karena terlalu lebatnya bulu kemaluan istriku, batang kejantanan Wisne tidak bisa langsung masuk, dan tangan Wisne terlihat menyibakkan bulu-bulu kemaluan istriku. Batang kejantanannya digesek-gesekkan ingin masuk, tetapi terlihat agak susah. Perlu diketahui, istriku saat melahirkan Dani dengan cara operasi caesar, jadi hingga saat ini, lubang senggama istriku masih normal dan sempit.
Karena agak mengalami hambatan memasukkan batang kejantanannya, lalu istriku sedikit membuka selangkangannya dan, "Bless.." masuklah kepala batang kejantanan Wisne.
Wajah Wisne terlihat nyengir kegelian yang nikmat dan dengan daya tekan ke depan batang keperkasaan Wisne amblass ke liang senggama istriku.

"Ohh.. ohh.." keluh kenikmatan istriku.
Dengan posisi badan istriku rebah di ranjang dan kaki sedikit diangkat dan kedua tangan istriku dirangkulkan di leher Wisne, sedang Wisne sendiri dengan posisi berdiri dan tangannya bertopang pada ranjang, terlihat mereka menikmati kocokkan-kocokkan yang dibuatnya. Hanya beberapa saat, kocokkan batang kemaluan Wisne semakin cepat dan terlihat mata Wisne meram melek dan istriku memprotesnya.
"Jangan dulu Wis.. jangan dulu.. Aku belum apa-apa Wis.." pinta istriku.
Dan terdengar suara rintihan nikmat Wisne, "Ehh.. eeh.. creet.. cruutt.."
Mungkin karena belum berpengalaman, dia tidak bisa mengendaliakan senjatanya dan dalam hati, aku bersyukur bahwa istriku tidak mendapatkan kenikmatan dari Wisne dengan harapan nantinya minta dilanjutkan denganku, suaminya.

Kulihat istriku memukul-mukul pundak Wisne.
"Kamu ini gimana sih..? Baru beberapa menit sudah keluar.. Aku belum apa-apa.." kata istriku.
Wisne sambil ngos-ngosan menjawab, "Maaf Tante, Wisne belum pengalaman.. "
Wisne merebahkan diri telentang di ranjang, batang kejantanannya semakin mengendor, lunglai basah kuyup akibat campuran cairan spermanya dan lendir dari liang senggama istriku. Terlihat istriku mengambil kain untuk membersihkan kemaluannya dari semprotan dan tetesan sperma Wisne dan dilanjutkan membersihkan batang kemaluan Wisne. Kupikir berakhirlah adegan ranjang mereka.

Ternyata dengan kelihaian istriku serta nafsu yang masih belum terlampiaskan, batang kejantanan Wisne diusap-usap, dielus dan dikocok-kocok lembut oleh tangan lentik istriku. Akhirnya terlihat mulai mengembang lagi batang keperkasaan Wisne. Biasanya aku kalau habis main dengan istriku, batang kejantananku tidak bisa bangun lagi, mungkin karena tempo permainan yang amat lama dan biasanya istriku langsung terkulai lemas sama seperti aku yang selanjutnya tertidur lelap.

Kini batang keperkasaan Wisne tegak menantang kembali dan istriku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan posisi Wisne tetap telentang, istriku mengatur posisi jongkok, persis di atas batang keperjakaan Wisne. Otomatis, dalam hal ini, istriku yang berperan. Tangan kanannya memegang batang keperkasaan Wisne dan menuntun masuk ke lubang kemaluannya. Selanjutnya, istriku bergerak naik turun. Terlihat pantatnya yang kuning mulus berayun seirama dengan gerakannya.
Dalam beberapa menit, terdengar rengekkan nikmat istriku, "Ooohh.. oohh.. oohh.. oohh.."
Istriku melenguh nikmat dan kocokannya semakin kencang dan, "Ooohh.. oohh.. oohh.." semakin panjang lengkuhannya.
"Ooohh.. Wisne.., Aku mau keluar Wis.. Ooohh.."
Batang keperkasaan Wisne menancap semua, amblas dan yang terlihat hanya butir-butir kemaluan Wisne. Istriku terkulai lemas di atas dada Wisne. Hal itu dibiarkan saja oleh Wisne, malah kedua tangan Wisne meremas-remas pantat istriku.

Beberapa menit kemudian, Wisne berusaha membalikkan posisi. Istriku ditelentangkan dan Wisne bergantian jongkok tepat di atas liang senggama istriku. Lubang kemaluan istriku terlihat mengkilap karena lendir yang dikeluarkannya. Dengan perlahan, Wisne mulai memompa naik turun dan pinggul istriku ikut menggoyang ke arah kiri dan kanan.
"Ooohh.. oohh.." terpaksa batang kemaluanku kukocok sendiri karena tidak tahan melihat adegan panas istriku.
Kocokan Wisne kali ini lama sekali, tidak berhenti-berhenti dan terdengar istriku minta dipercepat gerakan mengocoknya batang keperkasaan Wisne.
"Teruuss.. teruuss.. cepat kocok terus Wis.., cepat lagi Wis..!" sampai terdengar suara kocokan batang kejantanan Wisne di liang senggama istriku, "Pleekk.. pleekk.. pleekk.."
Wisne mulai melenguh lagi, "Ohh.. eehh.. oohh.. eehh.."
Istriku tidak ketinggalan, juga ikut mendesah, "eehh.. eehh.. eehh.. eehh.. teruuss..! terruuss..! Aku mau keluar lagi Wiiss..! Ooohh.."

Wisne menekan batang kemaluannya kuat-kuat di lubang kemaluan istriku karena kedua tangan istriku merangkul pantat Wisne untuk ditekankan ke arahnya. Aku pikir, Wisne juga sudah keluar maka batang kemaluanku kukocok terus hingga spermaku muncrat juga.
"Ooohh.. creett.. crett.."
Beberapa menit kemudian, terdengar istriku bicara pada Wisne, "Cabut dulu kontolmu Wis..!"
Wisne mencabut batang kemaluannya dari jepitan liang senggama istriku. Istriku berbalik tengkurap, mau apa lagi mereka. Ternyata kejantanan Wisne masih terangsang berat.
"Masukkan lagi kontolmu Wis.. cepaatt..!" pinta istriku lagi.
Agak sedikit berjongkok, dimasukkan lagi ke liang senggama istriku.
"Ooohh.." terdengar istriku menikmatinya, "Wis.. terasa mengenai dinding rahimku, Wis..!"

Wisne mulai bergerak maju mundur mengaduk-aduk kemaluan istriku lagi
"Ooohh.. nikmatnya memek Tante.., oohh enak sekali kalau begini Tante.. semakin enak Tante.."
Istriku menikmatinya, "Teruuss.. kocok teruuss Wis..! Aku merasakan kontolmu semakin enak saja Wis..! Teruuss.. Wis.. teruss..!"
Semakin Wisne mendapat angin segar, maka dikuatkan kocokkannya dan, "Plookk.. plookk.. plookk.. cleepp.. cleepp.. plookk.. oohh.. oohh.. nikmat Tante. Memek Tante semakin hangeett Tante, oohh.., plokk.. plookk.. cleepp.. plookk.. cleepp.. oohh, Wisne mau keluar Tante.. oohh.. oohh.. Creett.. creett.. cruutt.."

Itulah kisah perselingkuhan istriku dengan keponakanku, Wisne. Dan bila ada pembaca yang ingin berkomentar, silahkan email saja.














sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com

cerita sex - Ibuku Pelampiasan Birahiku

Namaku Jimy, 19 tahun, mahasiswa di sebuah PTS di Surabaya. Kedua orang tuaku cerai sejak aku berumur 6 tahun. Aku tinggal bersama ayahku sampai suatu hari dia terlibat masalah di luar negeri dan aku tinggal bersama ibu dan adikku.

Ibuku sangat seksi dan cantik meski usianya sudah 36 tahun, sedangkan adikku sangat manis dan merangsang meski baru berumur 14 tahun, mungkin ini dikarenakan tubuhnya yang tumbuh dengan pesat sehingga tonjolan di tubuhnya terlihat menggairahkan. Perlu diketahui, nafsuku sangat besar. Hampir setiap hari aku melakukan onani, sampai akhirnya timbul suatu tragedi dalam keluargaku dikarenakan nafsuku ini.

Setelah 3 minggu aku tinggal bersama mereka timbul nafsu birahiku untuk menyetubuhi ibuku. Bagaimana tidak terangsang melihat wajah cantik yang dewasa dan menggairahkan serta tubuh yang seksi luar biasa (mungkin dikarenakan ikut senam). Setiap ibuku mandi, aku selalu menyempatkan diri untuk mengintipnya. Sambil melihat aku pun melakukan onani sampai-sampai maniku berceceran di lantai tempatku mengintip.

Di situlah setiap hari aku melakukan aktifitas ini tanpa takut ketahuan oleh ibu maupun adik dan pembantuku. Terkadang kalau tidak sempat, aku tidak membersihkan bekas maniku karena takut ibuku keburu datang. Aku tidak tahu dia sadar akan hal ini atau tidak, tapi yang pasti sampai 3 minggu ini masih aman.

Pada pagi hari ibu menyiapkan sarapan untukku, aku duduk di meja makan menunggu sarapan tiba. Waktu itu adikku sudah berangkat sekolah sedangkan pembantuku belanja ke pasar. Kulihat ibuku hanya memakai celana dalam sedangkan bagian atasnya dia hanya memakai kaos sehingga tonjolan dadanya terlihat sekali. Mungkin dia tidak risih berpakaian demikian karena seisi rumah biasanya hanya wanita, tetapi aku yang melihatnya membuat jantungku berdegup kencang dan darah mudaku pun mendesir. Apalagi sarapan yang kumakan kebanyakan menambah libido sehingga birahiku pun semakin tinggi.

"Say celanamu kenapa?" tanyanya.
Memang pada saat itu batang kemaluanku tegang sekali sampai terlihat dari luar celana. Saking kagetnya ditanya demikian, gelas yang sedang kuminum pun tumpah, untung tidak pecah.
"Kalau minum pelan-pelan dong, Sayang.." sahutnya sambil mendekatiku dan mengelap tumpahan air di bajuku. Begitu dia mendekat aku merasa tidak tahan lagi. Aku segera berdiri dan memeluknya serta menghisap lehernya. Waktu itu otakku sudah keruh dan tak peduli apa-apa lagi.

"Say, jangan.. aku ini ibumu", hanya itu yang dia katakan tetapi dia sedikit pun tidak melawan, malah kemudian membiarkan aku membuka kaosnya sehingga tubuh indahnya pun terlihat. Aku pun mulai menggerayangi seluruh tubuhnya, payudaranya yang besar kuhisap seperti pada waktu aku bayi dan tanganku kupakai untuk memijat payudara sebelahnya serta untuk memeluknya.

Setelah itu daerah erotis lainnya pun segera kunikmati seperti dadanya, ketiak, sampai akhirnya aku terduduk mengarah persis di celana dalamnya. Kulihat waktu itu CD-nya sudah basah sekali lalu kutarik CD-nya ke bawah dan langsung aku melakuan oral seks di liang kewanitaan ibuku. Waktu itu terciumlah bau khas wanita yang sebenarnya kurang sedap, tapi bau itu merupakan bau terindah yang pernah kucium dikarenakan nafsuku sudah memuncak.

Aku pun menciumi permukaan kemaluannya sambil lidahku menari-nari di daerah paling sensitifnya, perbuatanku ini membuatnya melonjak seperti kesetrum.
"Cukup Jim, hentikanlaah.. aah.." katanya tetapi tangannya terus memegangi kepalaku yang tenggelam di selangkangannya, bahkan menahanku untuk tetap menjilatinya. Saat lidahku menjilati klitorisnya dengan lembut, tak lama kemudian tubuh ibuku mengejang dengan hebat dan desahannya semakin keras. Aku tak peduli lagi dan terus menjilati kemaluan ibuku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat dia mencapai orgasme tadi. Kuhisap semua cairan yang keluar meskipun rasanya aneh di lidah tetapi terasa nikmat sekali.

Kemudian ibuku yang terlihat lelah melepaskan kepalaku dan duduk di kursi makan. Aku pun segera berdiri dan melucuti pakaianku. Dia tampak terkesan melihat batang kemaluanku yang besar dengan panjang kira-kira 15 cm dan berdiameter 4 cm. Ketika aku mendekat, ibuku mendorongku hingga aku terduduk di kursi makan dengan sisa tenaganya yang lemas. Kupikir Ibuku menolak dan akan marah tetapi dia segera berlutuk mengarah ke batang kejantananku. Mulutnya begitu dekat ke kemaluanku tetapi dia diam saja. Aku yang sudah tidak tahan segera mendorong kepalanya menuju batang kejantananku. Ibuku langsung mengulum senjataku dengan penuh nafsu. Hal itu terlihat dari kulumannya yang liar dan berirama cepat serta tangannya menggosok pangkal kemaluanku. Sambil dia melakukannya kubelai rambutnya dan merasakan kenikmatan yang luar biasa, tak terkira dan tak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Sampai akhirnya aku merasa tidak tahan lagi, air maniku menyembur di dalam mulut ibuku.

Dia segera memuntahkannya dan kemudian membersihkan sisa-sisa air mani yang menetes di batang kejantananku dengan mulutnya. Melihat batang kejantananku masih tegang, dia segera naik ke pangkuanku dan membimbing burungku memasuki sarangnya. Akhirnya tenggelamlah seluruh batang kemaluanku ini ke liang senggamanya. Gila.., rasanya luar biasa sekali. Meski aku sering jajan, tapi kuakui liang kewaniataan ibuku ini terasa nikmat luar biasa dibanding lainnya. Dia mulai naik turun menggosok batang kejantananku sambil memeluk kepalaku sehingga aku berada persis di belahan payudaranya. Hal itu kumanfaatkan untuk menikmati sekitar wilayah dadanya.

Akhirnya dia berada di puncak orgasmenya dan langsung mengerang kenikmatan. Aku pun mulai kewalahan menghadapi goyangannya yang semakin liar dan akhirnya muncratlah air maniku untuk kedua kalinya di dalam liang senggamanya. Kami pun lalu saling berciuman dengan mesra. Kemudian tanpa berkata apa-apa, dia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya.

Waktu itu aku sadar bahwa aku telah menyetubuhi ibuku sendiri, karena merasa bersalah aku segera meninggalkannya untuk berangkat kuliah setelah berbenah sementara dia masih di kamar mandi. Aku tak tahu apa nantinya yang kulakukan dan bingung menghadapi ini semua.














sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com

cerita sex - Ibuku Yang Tercinta

Namaku Ronald. Aku berusia 19 tahun. Saat ini aku bersekolah di sebuah sekolah swasta yang sangat terkenal di kota Surabaya ini. Saat ini aku tinggal bersama dengan ibuku. Kedua orang tuaku bercerai saat aku masih kecil. Sejak saat itu, aku tinggal berdua dengan ibuku. Ibuku adalah seorang yang memiliki jabatan strategis di sebuah perusahaan importir, dengan demikian kami tidak pernah kesulitan secara finansial. Ibuku sering kali ditugaskan keluar kota, oleh sebab itu aku sering pula ditinggal sendiri di rumah. Kami sudah lama tidak menggunakan jasa pembantu karena aku telah dianggap cukup dewasa untuk mandiri.

Ibuku adalah seorang yang sangat cantik. Saat ini dia berusia 41 tahun. Walaupun demikian, dia terlihat masih lebih muda daripada umur sebenarnya. Badannya langsing dan berbodi indah. Rambutnya yang sebahu terkadang membuat diriku sendiri terpesona. Kulitnya berwarna terang dan bersih dari noda kulit. Tinggi badannya antara 160 – 165 cm, sedangkan berat badannya tidak lebih dari 45 kg. Ibuku memakai bra berukuran 34 B. Kemaluannya dihiasi oleh bulu-bulu yang membuat aku selalu terangsang saat aku mengintipnya baik saat mandi maupun saat ganti baju di kamar. Aku sangat mencintai ibuku. Setiap hari aku membayangkan bagaimana rasanya jika aku melakukan hubungan sex dengan ibuku.

Aku memiliki kunci cadangan untuk seluruh penjuru rumah, oleh sebab itu aku selalu dapat dengan leluasa masuk ke dalam kamar tidur ibuku. Aku memasang kamera CCTV yang dihubungkan ke komputerku dalam kamar mandi dan kamar tidurnya. Bila ibuku mandi atau berganti baju, maka aku akan menontonnya dari komputer kamarku. Tubuh telanjang ibuku selalu menggodaku untuk melakukan masturbasi saat aku menontonnya.

Bila ibuku sedang tidak ada di rumah atau sedang dinas ke luar kota, maka aku suka membuka lemari pakaiannya. Saat itu aku akan memilih-milih pakaian dalam milik ibuku seperti bra, celana dalam atau gaun tidurnya. Aku sangat suka mencium-cium dan memakainya. Saat itu aku merasakan seolah-olah aku sedang melakukan hubungan sex dengan ibuku.

Dari semua pakaian dalam itu, bikini pantai yang berwarna orange adalah favoritku. Bikini itu sudah lama menjadi miliknya. Saat pertama kali aku melihat ibuku memakainya sewaktu aku masih kecil, aku sangat terpesona. Bikini itu terdiri atas bra dan celana dalam. Bra bikini itu dipakai dengan cara mengikatkan tali bra tersebut di belakang leher dan punggung, sedangkan celana dalam bikini itu dipakai dengan cara mengikat tali celana dalam tersebut di pinggul kiri dan kanan.

Aku sering kali memakai bikini itu saat ibuku tidak ada di rumah. Waktunya bisa sampai berhari-hari. Aku memakainya untuk setiap kegiatanku di rumah seperti makan, nonton TV, belajar, saat santai, baca buku, main game, masturbasi bahkan untuk tidur sampai keesokan harinya. Kalau aku keluar rumah, aku tidak segan-segan memakainya di balik baju dan celana luarku. Aku sering memakai bikini tersebut sebagai pakaian dalam kemana saja baik itu ke mall atau plaza, rumah teman maupun ke sekolah. Ya, aku memakainya di balik seragam sekolahku. Bahan kain bajuku yang cukup tebal dapat menyembunyikan berkas tali braku yang kupakai di balik seragam sekolahku. Aku selalu menganggap pakaian dalam ibuku yang kupakai sebagai bagian dari tubuhnya yang menempel padaku.

Lama kelamaan, keinginanku untuk berhubungan sex dengan ibuku semakin menjadi-jadi. Aku mulai menyusun siasat untuk mewujudkannya. Setelah mendapatkan cara, maka aku menunggu hari untuk mewujudkannya. Setelah ditunggu-tunggu, kesempatan itu datang.

Waktu itu, hari minggu sore. Setelah menonton adegan ibuku mandi dan memakai baju santainya, aku mengeluarkan obat tidur dengan reaksi yang cepat dan kuselipkan di kantong celana pendekku. Tak lama kemudian, terdengar ibuku memanggilku untuk makan bersama. Saat selesai makan, aku menawarkan diriku untuk membawakan ibuku segelas air minum. Ibuku mengiayakan permintaanku ini, maka aku mengambil segelas air di dapur. Diam-diam air itu aku campur dengan bubuk obat tidur tadi. Setelah tercampur, aku membawakannya kepada ibuku dan dia langsung meminumnya sampai habis. Setelah itu, kami duduk-duduk di ruang keluarga sambil nonton televisi dan ngobrol.

Kurang lebih sepuluh menit, ibuku mengatakan kalau dia merasa sangat capek dan mengantuk. Aku sangat gembira mendengarnya, namun aku menyembunyikannya dengan baik. Ibuku kemudian masuk kamar dan tidur. Lima menit kemudian, aku menyusulnya masuk ke kamar. Aku melihat ibuku terbaring pulas. Mula-mula aku mencoba membangunkannya dengan menggoyangnya, bahkan memanggilnya, tetapi sepertinya obat tidur itu bekerja dengan baik.

Aku kemudian membuka lemari pakaian ibuku. Dari dalam aku mengambil bikini pantai yang biasanya aku pakai. Aku kemudian membuka seluruh pakaianku dan memakai bikini tersebut. Setelah itu, aku menghampiri ibuku. Mula-mula aku membelai-belai rambutnya yang indah. Sejenak kemudian aku mengecup dahinya, pipinya lalu bibirnya. Kemudian aku menelantangkan tubuh ibuku. Aku membuka kaos dan celana pendek yang dipakainya.

Tubuh ibuku yang sexy hanya terbalut bra putih setengah cup dan celana dalam satin putih berenda sexy terpampang di depanku. Aku kemudian mencium buah dadanya dan menghirup keharuman tubuhnya. Setelah itu, aku menarik sedikit cupnya, mengeluarkan putingnya dan menghisap serta menjilat-jilatnya. Waktu itu tidak ada sedikitpun reaksi dari ibuku. Berulang-ulang aku menikmati buah dadanya dari yang sebelah kiri, ke kanan, ke kiri dan seterusnya sampai aku betul-betul puas. Remasan, gigitan, jilatan dan ciuman menghujani kedua buah dada ibuku itu.

Aku kemudian membuka celana dalam yang dipakainya. Setelah terlepas, aku mencium celana dalam itu, lalu melemparkannya ke samping tempat tidur. Aku membuka kedua belahan kakinya dan mulai menjilati liang kewanitaannya. Walaupun tertidur, rupanya tubuh ibuku memberikan reaksi terhadap apa yang aku lakukan. Cairan kewanitaannya mengalir dari liang itu dan segera saja dijilati olehku. Setelah beberapa saat menjilat-jilat kemaluan ibuku, aku tidak tahan lagi. Segera saja aku menarik kedua tali pengikat celana dalam bikiniku sampai lepas dan memperlihatkan kemaluanku yang sejak tadi terus menegang. Setelah itu, aku mengarahkan kemaluanku dalam liang sanggama ibuku dan menusukkannya.

Saat itu aku merasakan kalau liang sanggamanya masih sempit dan terasa sangat enak. Sejenak kemudian, aku menggerakkan pinggulku maju mundur menusuk-nusuk kemaluan ibuku. Kenikmatan yang luar biasa terus menjalari diriku. Beberapa kali aku hampir ejakulasi, namun berhasil kutahan. Kedua tanganku terus menerus meremas-remas kedua buah dada ibuku saat aku menusuk-nusuk kemaluannya. Agak lama kemudian pertahananku jebol. Dengan teriakan nikmat yang tertahan, aku melepaskan spermaku ke dalam rahim ibuku sejadi-jadinya. Untung saja hari itu bukan hari subur ibuku, sebab kalau tidak ibuku bisa hamil karena ulahku.

Setelah itu, aku mencabut batang kejantananku dan mengelap kemaluan ibuku dengan celana dalam bikininya yang dipakai olehku tadi di bagian yang selalu bersentuhan dengan kemaluannya. Aku memakaikan semua pakaian ibuku kembali seperti sedia kala. Saat itu ibuku tetap terlelap seolah-olah terbius dengan sempurna. Aku sendiri tidak memakai bajuku lagi, tetapi mengenakan kembali celana dalam bikini yang kulepas saat berhubungan sex dengan ibuku. Aku kembali ke kamarku dan tidur dengan mengenakan bikini itu sampai pagi.

Keesokan harinya, saat kami bangun untuk sarapan, ibuku berkata bahwa tadi malam dia sangat capek dan tertidur lelap. Dia juga mengatakan bahwa beberapa bagian tubuhnya terasa pegal tanpa tahu sebabnya. Dalam hati aku menerka-nerka kalau itu adalah akibat dari hubungan sex kami atau bukan, tetapi ibuku hanya berkata kalau dia hendak mengambil cuti untuk istirahat sehari lagi. Sepertinya ibuku memang betul-betul tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Sejak saat itu, aku hanya sekali melakukan hubungan sex lagi dengan ibuku. Aku ingin mengulanginya kembali, tetapi aku harus menunggu waktu yang tepat. Mungkin dengan cara yang berlainan. Sementara ini aku tetap menikmati tontonan telanjang ibuku dari kamar mandi dan kamar tidurnya serta memakai bikini pantai milik ibuku ini.














sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com

cerita sex - Ibuku Yang Menggairahkan

Namaku Ikin. Umurku sekarang 18 tahun dan Ibuku berumur 38 tahun. Ibuku Sangat cantik dan seksi layaknya gadis umur 25 tahunan. Dia pandai merawat tubuhnya. Kulitnya yang putih mulus, buah dada yang besar dengan putingnya yang kecoklatan, dan juga kakinya yang jenjang dan seksi. Aku tak mengerti mengapa memandang ibuku seperti itu, tapi aku dapat memastikan setiap laki-laki yang melihat ibuku pasti ingin memilikinya.

Ayahku pengusaha sukses yang sangat sibuk, Ia biasa bepergian ke luar kota bahkan ke berbagai negara untuk mengurus bisnisnya. Dia memberikan semua kebutuhan kami seperti rumah yang sangat besar dengan taman yang luas, juga sarana olah raga di rumah.

Ceritanya bermula ketika usiaku 15 tahun dan ibuku 35 tahun. Suatu hari kulihat ayahku sedang bersiap-siap untuk perjalanan bisnisnya selama kurang lebih dua minggu. Ketika akan berangkat, dia berpesan agar menjaga rumah dan ibuku, dan agar jangan macam-macam sehingga menyusahkan ibuku, selama ayah keluar kota.

Hari itu berlalu seperti biasanya tanpa sesuatu hal luar biasa yang terjadi. Kesokan harinya cuaca sangat panas dan kering, lebih panas dan kering dari biasanya karena saat itu lagi puncaknya musim kemarau. Kebetulan waktu itu lagi libur semesteran jadi aku tidak ke sekolah. Ketika keluar dari kamarku, kucari ibuku ke tempat biasanya. Kulihat ibuku di kolam renang mengenakan bikini yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ketika kulihat dadanya yang seperti mengambang di air, kurasakan burungku mulai mengeras. Begitu melihatku, dia menyuruhku mengambil sarapan yang telah disiapkan di dapur.

Ketika aku didapur, ibuku selesai dari kolam renang kemudian membersihkan badannya di kamar mandi. Kucoba untuk mengintipnya, tapi pintu kamar mandi terkunci rapat. Aku pergi ke ruang tengah sambil tetap membayangkan goyangan dadanya dengan air bercucuran sampai ke kaki jenjangnya yang seksi.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian dia menghampiriku ke ruang tengah dan aku tak dapat membuang bayangan tubuh ibuku yang sangat menggairahkan.

Jam 11 siang ketika sedang nonton TV, ibuku bilang akan tidur siang. Aku berharap dia akan mengajaku tidur bersama di sampingnya. Ketika berjalan menaiki tangga, kulihat goyangan pinggulnya yang membuat burungku mengeras lagi.

Jam 12 siang aku bermaksud tidur siang. di kamarku aku tidak bisa tidur karena cuaca yang tidak enak, dan aku tak bisa membuang lamunanku tentang tubuh indah ibuku. Aku pegang burungku yang sudah sangat keras dan kukocok-kocok sambil membayangkan goyangan dada ibuku waktu di kolam renang.

Setelah selesai, kucoba untuk tidur kembali, tetapi meskipun mata terpejam tetap tidak bisa tidur. Burungku masih sangat keras. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku sangat menginginkan ibuku.

Aku keluar kamarku memakai celana pendek, kemudian ke kamar ibuku. Pintunya terbuka. Dia tidur tengkurap dengan kedua kakinya agak terbuka. dia memamakai celana kolor tapi masih menutupi pantatnya. Ibuku kalau tidur seperti orang mati, susah bangunya, tapi aku takut sekali.

Aku mulai mengelus-ngelus burungku yang masih dalam celana pendekku. Aku merasakan sesuatu yang nikmat sekali, sampai aku tak tahan lagi. Aku berdiri di samping ranjangnya dan kusemprotkan seluruh maniku disekujur kaki jenjangnya. Aku melenguh dan mendesah perlahan sekali, Aku merasa takut sekali kalau dia terbangun karena cucuran maniku yang panas di sekujur kakinya. Aku kembali ke kamarku, tak dapat kupercaya kusemprotkan maniku ke tubuh ibuku. Aku merasa berdosa sekali, kemudian aku tertidur lelap.

Paginya deg-degan aku sudah siap-siap akan kemarahan ibuku, tapi kok ya.., tidak apa-apa, sepertinya dia tidak menemukan bekas maniku pada saat dia bangun. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan melakukan itu lagi, karena dia adalah ibuku. Sepanjang siang itu sikap ibuku biasa-bisa saja seperti tidak ada apa-apa. Kupikir dia tahu tapi dia menyukainya, entahlah.., Atau maniku telah mengering waktu dia bangun.

Dua malam kemudian burungku tegang lagi. Malam itu adalah malam terpanas pada musim kemarau tsb. Aku tak bisa tidur lagi, kulihat pintu kamar ibuku tertutup. Kupikir dia tahu apa yang telah kulakukan dan dia menginginkanya lagi.

Kubuka perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara dan kemudian masuk ke kamar ibuku. Kulihat ibuku tertidur hanya memakai celana dalam dan BH. Tak dapat kupercaya mataku melihatnya setengah telanjang. Kupegang burungku dan kukocok dengan keras, ketika maniku akan keluar, kusemprotkan di selangkanganya dan di atas celana dalamnya. cepat-cepat aku kembali ke kamarku. Kupikirkan apa yang telah terjadi sampai aku terdidur.

Paginya masih seperti biasa ibuku tidak apa-apa. Aku masih penasaran, tahu nggak sih kelakuanku, gimana caranya untuk meyakinkan hal itu?

Malam berikutnya aku ke kamar ibuku lagi, dia memakai celana dalam dan BH saja, tapi kali ini tidurnya miring. Wah.., gimana caranya ngocok nih. Aku mau kemut teteknya, mungkin dia akan membunuhku kalau sampai terbangun. Kucoba untuk merabanya, waduh gimana caranya ya.., aku gemetaran.., Kulihat ada vaseline di meja rias. Lalu kuambil dan kuoleskan pada burungku. Lalu aku nekad akan kucoba gesek-gesekan burungku ke ibuku.

Aku naik ke ranjang dan berbaring di belakangnya dan mulai mengesek-gesekan burungku ke pantatnya. Dia masih tertidur, tidak bergerak. Kuselipkan burungku lebih bawah lagi diantara kakinya dan mulai kutekan-tekan. Sebenarnya aku takut dia bangun kalau aka kebanyakan bergerak, tapi aku nggak tahan. Aku pompa burungku keluar masuk di antara kakinya. Tak berapa lama maniku muncrat di antara kedua kakinya dan sebagian meleleh kena vaginanya. Aku kembali ke kamarku dengan pikiran dipenuhi bayangan vaginanya.

Paginya masih seperti biasa, ibuku tidak ngomong apa-apa, sehingga menambah rasa penasaranku, masak sih dia tidak merasakan ada bekas vaseline dan maniku di kakinya.

Kucoba untuk mengetesnya. Kutunggu di kamarku sampai jam 6 pagi. Aku tahu persis ibuku selalu bangun jam 7 pagi setiap hari, aku ke kamarnya dan menggesek-gesekan burungku di antara kakinya, butuh waktu 30 menit untuk muncrat di kakinya, kemudian akau keluar tiduran sambil menunggu apa yang akan terjadi.

Jam 7 pagi ibuku bangun terus mandi. Aku keluar kamar terus ke dapur. Dia sedang sarapan dan bicaranya wajar seperti tidak ada apa-apa sambil mencuci piring. Aku ke kamar mandinya, kulihat celana dalamnya basah kuyup oleh maniku. Sekarang akau yakin sekali, ibuku tahu kelakuanku. Malah aku jadi bingung sendiri, soalnya ibuku tidak memperlihatkan perubahan apapun. Dia pergi ke supermarket dan kembali tiga jam kemudian. Aku masih memikirkan apa yang akan kulakun dengan ibuku malam ini.

Kita nonton TV, kemudian ibuku bilang akan pergi tidur. Kutunggu hampir 2 jam, biar dia tidur nyenyak dulu. Kemudian masuk kamarnya dan kulihat dia tidur berselimut. sialan.., rupanya dia tidak suka aku kerjain. Aku sudah tegang banget, kuambil vaseline kuoleskan ke burungku kemudian akau naik keranjang. Dia tidur tengkurap dengan kakinya terbuka sangat lebar. Kucoba singkap selimutnya agar bisa mengocok di antara kakinya.

Ketika kusingkap selimutnya, jantungku hampir berhenti berdenyut, dia telanjang bulat! Aku lihat vaginanya dengan jelas dan bibir vaginanya kelihatannya begitu hangat. Dengan tangan gemetaran kusentuh vaginanya perlahan kemudian kuusap-usap dengan lembut.

Lama-lama vaginanya semakin basah, kemudian kutarik kedua kakinya berlawanan sehingga kakinya semakin membentang lebar.

Tiba-tiba dia bergerak, posisinya menjadi miring membelakangiku. Tapi kedua kakinya masih terbuka lebar. Aku berbaring di belakangnya dan mulai mengocokkan burungku di antara kakinya dan kucoba menyentuh vaginanya. Dia tidak bergerak ketika perlahan-lahan burungku masuk makin dalam ke vaginanya. Aku mulai memompanya keluar masuk perlahan-lahan, kudengar dia mendesah kayaknya sedang mimpi.

Aku nggak tahan lagi, sehingga kocokanku semakin keras dan cepat. Kurasakan cairan di vaginanya semakin deras. Aku juga merasakan sudah waktunya akan orgasme, tiba-tiba dia melepaskan burungku dari vaginanya sehingga maniku berhamburan di bibir vaginanya. Kemudian dia tidur lagi telentang dengan kedua kakinya dirapatkan.

Kulihat kedua teteknya yang besar. Kemudian kujilat dan kuhisap-hisap. Ibuku mendesah-desah ketika kuhisap putingnya. Aku mulai menggesek-gesekan burungku lagi dan air maniku berceceran di antara teteknya. Aku kembali kekamarku dan sulit kupercaya apa yang telah terjadi aku telah ngentotin ibuku. Kemudian aku tertidur dengan nyenyak sekali.

Pagi harinya kulihat ibuku memakai daster. Kulihat juga puting susunya di balik dasternya yang tipis. Dia tidak ngomong apapun tentang semalam. Heran.., kenapa dia melepaskan vaginanya sebelum aku orgasme. Aku masih takut-takut untuk mulai ngomong denganya.

Siangnya ibuku pergi dengan temannya untuk menghadiri pesta perkawinan. Jam 11 malam baru pulang, mungkin jalan-jalan dulu. Dia bilang sangat lelah sekali dan ingin tidur dengan nyenyak. Ketika ngomong begitu dia tersenyum manis sekali kemudian menciumku dan bilang selamat malam. Kutunggu hampir 1 jam, kemudian kulepas semua pakaianku kemudian kekamar ibuku, pintunya terbuka.

"Wwaaw..!, Dia tidur telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Tidurnya telentang dengan kedua kakinya terbuka sangat lebar. Aku berlutut di antara kedua kakinya dan mulai mengelus-elus vaginanya dengan tangan sebelahnya kuusap-usap putingnya. Vaginanya semakin basah saja dan burungku semakin keras. Kuarahkan burungku ke vaginanya, "Hmm.., nikmatnya", dan dia kudengar mendesah juga.

Kurasakan otot vaginanya meremas-remas burungku sehingga aku mulai memompa lebih cepat dan keras. Aku hisap putingnya juga. Ibuku terbangun!, dengan suaranya yang perlahan nyaris tak terdengar dia bilang, "Oh.., Ikin apa yang kamu lakukan?, aku ibumu".
"Aku sangat mencintaimu Mam dan aku akan ngentotin Mami jika Mami menginginkanya juga"
Kemudian dia bilang sambil mendesah, "Ok, tapi jangan semprotkan di dalam, Aku tak mau dihamili anaku sendiri".

Ketika kudengar itu, kugenjot semakin keras dan keras.
Dia bilang, "Oh Kin, Yang keras lagi dong. Mami suka burung besarmu. Oooh.., Mami mau sampai, Kin, Mami.., ssaammppaaii.."
Kugenjot tambah keras lagi. Kurasakan aku mau sampai juga.
"Aku ingin semprotkan di dalam Mam, Akan kusemprotkan semuanya di dalam."
"Jangan kin.., tolong jangan.., Mami tidak pakai kontrasepsi.., ntar Mami hamil anakmu"
"Nggak bisa Mam, aku sangat menginginkanya. Sekaranghh Mam.., Mam aku sampai"
"Kin manimu panas sekali, Mami suka sekali sayang."
"Tapi.., iyer.., terus sayang.., teruskan.., a..aahh"
Ternyata dia sangat menyukainya, so kita ngentot tiap hari sampai ayahku pulang.

Setelah itu, kita selalu tidur sekamar kalau ayah keluar kota lagi. Sekarang umurku 18. Ibuku 38 dan kita masih ngentot terus. Ibuku hamil, tapi dia putuskan untuk mengugurkannya karena dia tidak ingin punya bayi dariku. Tapi dia bilang, boleh ngentotin dia terus kalau ayah bepergian.














sumber : http://kumpulanceritadewasa05.blogspot.com